Hubungan Matematika dengan Perkembangan Kognitif - Jean Piaget
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang objek kajiannya bersifat abstrak sehingga memerlukan penalaran deduktif untuk memahaminya. Oleh karena itu, belajar matematika selalu dikaitkan dengan kesiapan kognitif. Dalam hal ini, belajar dipandang sebagai hasil pencapaian dan perkembangan dari struktur kognitif.
Kesiapan anak untuk belajar matematika ditinjau dari kesiapan struktur kognitifnya, yaitu kapasitas kemampuan berpikir secara terorganisir dan terkoordinir. Struktur kognitif diperlukan untuk mengembangkan kemampuan penalaran yang dapat distimulasi melalui pengkajian matematis suatu objek. Jadi, ada hubungan timbal balik antara kesiapan struktur kognitif dengan pengembangan kemampuan penalaran dalam konteks belajar matematika.
Menurut Piaget (dalam Wilis, R., 2011) menyatakan bahwa
pertumbuhan intelektual yang dimulai dengan respons refleksif anak terhadap
lingkungan akan terus berkembang sampai ke titik di mana anak mampu memikirkan
kejadian potensial dan mampu secara mental mengeksplorasi kemungkinan akibatnya
(Matt Jarvis, 2011:142).
Teori Piaget berfokus pada anak-anak, mulai dari lahir
hingga remaja, dan menjelaskan berbagai tahap perkembangan, termasuk bahasa,
moral, memori, dan pemikiran. Ada 4 tahapan perkembangan anak menurut Piaget
(dalam Wilis, R., 2011) yaitu:
1. Tahap Sensorimotor (Usia 18 – 24 bulan), Selama periode ini, terjadi pengembangan pemahaman tentang dunia melalui koordinasi pengalaman sensorik (melihat, mendengar) dengan tindakan motorik (menggapai, menyentuh).
2. Tahap Pra-operasional (Usia 2 – 7 Tahun),
3. Tahap Operasional Konkret (Usia 7 – 11 Tahun), Periode ini ditandai dengan perkembangan pemikiran yang terorganisir dan rasional
4. . Tahap Operasional Formal (Usia 12 tahun ke atas), tahap ini memiliki kemampuan untuk berpikir secara abstrak dengan memanipulasi ide di kepala seseorang, tanpa ketergantungan pada manipulasi konkret. Seseorang ditahap ini bisa melakukan perhitungan matematis, berpikir kreatif, menggunakan penalaran abstrak, dan membayangkan hasil dari tindakan tertentu.
Dalam percobaan Piaget, ternyata anak pada tahap pra-operasional konkret belum dapat mengerti soal korespondensi satu-satu dan kekekalan. Namun, pada tahap operasional konkret, anak sudah dapat mengerti soal korespondensi dan kekekalan dengan baik. Menurut Piaget pendekatan yang digunakan yaitu konstruktif. Pendekatan ini memungkinkan anak belajar dengan baik jika ia aktif dan mencari solusi secara mandiri. Metode pembelajarannya ialah dengan eksperimen dan berdiskusi, serta mengurangi metode ceramah dan hafalan materi.
Juwantara, R. A. (2019).
ANALISIS TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET PADA TAHAP ANAK USIA OPERASIONAL
KONKRET 7-12 TAHUN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA . Jurnal Ilmiah Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah, 31.
Marinda, L. (2020). TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF JEAN PIAGET
DAN PROMBLEMATIKANYA PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR. Jurnal Kajian Perempuan
& Keislaman, 117-121.
University, A. F. (2021, JULI 08). IMPLEMENTASI TEORI
BELAJAR KOGNITIVISME DALAM PANDANGAN JEAN PIAGET DAN JEROME BRUNER. Diambil
kembali dari PGSD BINUS UNIVERSITY:
pgsd.binus.ac.id/2021/07/08/implementasi-teori-belajar-kognitivisme-dalam-pandangan-jean-piaget-dan-jerome-bruner/#:~:text=Teori%20perkembangan%20kognitif%20Jean%20Piaget,%2C%20M.%2C%202000).
Komentar
Posting Komentar